Sabtu, 14 Februari 2015

Embun Dikala Hujan

Hai kamu penikmat kopi
Apa kabarmu?
Bagaimana kondisi citycar mu yang selalu kamu sayang, bahkan mungkin jauh lebih kamu sayang daripada kekasihmu.
Kapan kita bisa berbincang dengan segelas kopi hitam, dan green tea latte kesukaan ku?
Bukan di coffea shop, melainkan di dalam mobil mu yang jauh dari keramaian.
Dikala musim kemarau, kamu selalu berdo'a kepada semesta agar segera diturunkan hujan. Konyol memang, tapi bagi kamu tidak. Kamu pernah berucap padaku bahwa kamu senang bisa berdua di dalam mobil, terlebih saat hujan turun. Kamu bisa melihat embun dikala hujan di kaca mobilmu, dan bisa menulis namamu pun dengan namaku.
Tapi tidakkah kamu tau? Disaat kita bergegas untuk pulang, tulisan yang selalu kamu buat di kaca mobil itu hilang dengan sendirinya. Selalu dan selalu kamu bilang "meskipun tulisan di mobil itu hilang, tapi tulisan itu tak akan hilang dihatiku" sampai kapan akan seperti itu? Tidak kah kau menyadari di antara kita ada tembok penghalang yang amat tinggi? Yang lebih konyol kamu pernah memintaku untuk menjadi kekasihmu. Bagaikan berharap hujan dikala kemarau. Sudahlah lupakan embun dikala hujan, karna hujan pasti akan terganti sesaat oleh kemarau.


Dari


Nama yang selalu terukir di kaca mobilmu
Dikala hujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar