Sabtu, 10 Oktober 2015

Inilah Perjalanan

Sebenernya ini tulisan penting gak penting buat di baca.
Tapi ini perjalanan kisah cinta seorang PUPUT ROHMATUL IZATI yang mencari sang arjuna.. CIEE GITU
oke lupakan!

Mulai dari pertama pacaran
Seinget aku, mulai pacaran kelas 2 SMP. Tapi ini gak dianggap mantan, secara pacaran ini apa banget. Ngobrol gapernah, cuman sms aja, teleponan salting-saltingan, kalau ketemu malu-malu. Well apabanget lah. Sampe musuhan sama temen sendiri. Oke kalau inget ini pasti geli sendiri. Putus? Gatau deh, tiba-tiba hilang kontak aja. Tapi sekarang masih kontak kok, hubungan baik, seolah saat SMP gapernah ada apa-apa.

Kedua saat SMP kelas 3
Usia kami terpaut 8tahun. Kebayang dong. Pacarnya anak kuliah tingkat akhir. Serius? Gatau deh, namanya anak SMP. Tapi gapernah nyangka bisa bertahan 4tahun sampai lulus SMA. Pacarannya adem ayem, aa yang satu itu sering banget ngalah, dia selalu ngalah malah dia ngerti gimana pola fikir zaman SMA masih ABG dong ya, banyak egoisnya. Apa yang aku minta selalu dituruti. Sampai akhirnya Di ujung setelah Ujian Nasional selesai, dia minta untuk TUNANGAN. Anak SMA macam akik di ajak tunangan, jelas saat itu aku nolak. Fikiranku saat itu cuman "kalau udah tunangan pasti ngajak nikah, gamau lah, masa mudaku pasti terenggut oleh rumah tangga" wajar kalau fikirannya kaya gitu, lah wong belum dewasa. Endingnya? Masuk Universitas malah ditinggal nikah, darisitulah pertama saya belajar mengenal apa itu sakit hati. Tapi sayapun belajar dari 4tahun kebersamaan. Galau? Segalau galaunya, karena memang saya baru kali itu sakit hati oleh seorang pria.

Enam bulan dari kejadian sakit hati itu, saya mendapat pengganti. Perjuangan banget, saat itu "yang penting dapet"

Ketiga saat Kuliah
Saya berkenalan lewat media sosial, entah apa yang terfikir dibenak saya, yang penting saya punya pacar. Bertahan 2tahun. LDR pula. Saya gamau cerita terlalu banyak tentang mas-mas jawa yang satu ini. Mas pernah bilang "mau nikah usia 29 tahun, pas udah bahagiakan orang tua" tak dapat dipungkiri rencana mulia mas, tapi ada saya yang selalu berharap dinikahi maksimal usia saya 27tahun, saya gapernah mau nikah muda, juga gapernah mau nikah telat. Rencana saya nikah usia 25th. Usia kami sama, bahkan mas lebih muda dari saya beberapa bulan. Kebayang dong nanti saya nikah 29th. Saat itu saya gaterlalu berharap, jalani saja. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk berpisah di 2tahun kebersamaan kami.Tapi saat berpisah, ada kesepakatan antara saya dan mas ini.

Galau? Tidak terlalu
Hanya menyesali kenapa harus berpisah. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini saya gapernah mikirin. Pelampiasannya hanya menyibukan diri saja. Pokoknya putus dari mas jawa ini saya gapernah uring-uringan, bukan saya gak ada rasa,tapi saya belajar dari pengalaman sebelumnya.

Keempat saat usia saya menginjak 20tahun
Dari pengalaman dan usia sebelumnya jelas ada perbedaan di dalam pola fikir saya. Saya mengenalnya saat saya jalan-jalan di suatu wisata alam. Well cuman temenan di facebook. Gapernah berharap kenal lebih dekat, karena saat itu saya sudah lelah. Tapi lambat laun semakin dekat, dan pacaran. Saya mengaguminya, tapi setelah jalan 4 bulan saya tidak menemukan apa yang saya cari dari dia. Saya sudah terlalu lelah untuk ini saya memutuskan untuk mundur. Ditambah ibu saya tidak setuju saya pacaran dengan mantan yang ini. Ya udah sampai disini saja.

Kelima saat saya sudah tidak mau lagi pacaran.
Saya sering ketemu aa 1tahun yang lalu, sering bareng tapi gapernah kenalan atau apapun itu, hanya sebatas saling "tau". Beberapa bulan yang lalu kami saling mengenal, saat saya pulang kuliah siang, saya sempat di ajak ke rumahnya, saya diperkenalkan sebagai teman saat itu. Diperkenalkan dilingkungan nya entah itu di tempat kerja ataupun di lingkungan teman-temannya. Karena memang di antara kita gapernah ada komitmen. Tapi lebih jauh dari itu, kami mengenal satu sama lain, saling mengetahui lebih dalam. Bahkan seperti orang pacaran pada umumnya, tapi gapernah pacaran. Sampai akhirnya kemarin aa minta sama ibu sama bapak untuk menikahi anak gadisnya di tahun 2016. Itupun butuh perjuangan untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua saya. Meyakinkan bahwa nanti anak gadisnya diusia muda bisa menjadi seorang istri.

Bahagia? Saya hanya bisa senyum sumringah. Gapernah disangka saya bisa seperti ini. Perjalanan saya akhirnya menemui titik terang menuju masa depan sebagai ibu rumah tangga.
Semoga ini akhir dari pencarian saya selama ini. Saya sudah terlalu lelah mencari dan mencoba. Sayapun yakin, jodoh itu pasti datang dengan sendirinya, dan sang Maha membolak balikan hati manusia sudah punya rencana indah kapan kita menemukan jodoh. Manusia hanya bisa berencana kapan akan menikah, tapi Tuhan lah yang sudah lebih dulu mempunyai rencana kapan kita harus menikah.




:')

Selasa, 01 September 2015

Hallo Munjul

Tepat 20 tahun yang lalu saya dilahirkan, di kota kecil di bawah kaki Gunung Ciremai Jawa Barat. Dia bernama Majalengka. Saya tumbuh dan berkembang di kota kecil ini. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun demi tahun ia berbenah. Saat saya kecil belum ada tempat untuk berkumpul, hari ini ini saya menginjakan kaki di tempat yang dahulu hanya sebuah kebun. Tepat di depan bunderan Munjul. Orang menyebutnya taman dirgantara, namun saya sering menyebutnya taman kenangan.
Klise, jika tempat itu disebut taman kenangan. Tempat yang baru, tahun keberadaannya bisa di hitung dengan jari. Bukan berbicara tentang seberapa lama munjul berada, tapi saat saya besar dan telah mengerti, banyak sekali kenangan yang tersimpan di tempat itu. Saat yang lain mengejek saya gemuk, taman itulah yang "membantu" saya menjadi lebih kurus. Tak hanya itu, saat saya sedih, taman itulah yang menjadi sandaran. Banyak sekali kenangan di taman itu.
Saya sering sekali "meninggalkannya" mencari dan berharap mendapat tempat yang jauh lebih nyaman daripada munjul, hanya saja sampai saat ini munjul lah yang masih menjadi tempat saya becerita. Bukan sebuah masalah tempatnya, lebih dari itu melibatkan kenangan dan perasaan.
Terimakasih telah menjadi bagian dari sepenggal kenangan, tetaplah asri seperti ini. Saat saya harus meninggalkan Majalengka untuk mengejar masa depan kelak, saya berjanji saat pulang saya akan selalu menyempatkan untuk berkunjung mengenang sejuta kenangan tentang kota ini.





Yang selalu menyinggahimu 
Dikala mentari mulai memancarkan sinar

Minggu, 09 Agustus 2015

Adik Ketemu Gede

Hallo dedek gemes nan nyebelin..
Ehh nyebelin gak sih? Kata aa sih kamu gak nyebelin
Cuman ya gitu, kesan pertama kita ketemu nyebelin. Entah karena kamu cemburu atau emang dasarnya nyebelin.
Aa sering cerita tentang kamu lhoo,dari a-z. Kamu jauh lebih dulu kenal aa dibanding saya. Kamu jauh lebih mengenal aa dibandingkan dengan saya. Tapi saat ini saya milikin Aa. Meskipun belum seutuhnya.
Saya bahagia, amat bahagia. Tolonglah dek, jangan ganggu kebahagiaan saya bersama aa dengan embel-embel drama mu. Drama tangisanmu, dan segala hal drama apapun itu. Kamu perempuan saya perempuan, tolong saling mengerti dek!
Karena saya tau, ada cinta untuk aa di mata kamu. Semoga aa tidak tergoda akan pancaran sinar itu.
Terimakasih sebelumnya dek! Maaf saya mencuri start. Semoga bahagia hidupnya!

Sabtu, 11 April 2015

Sedikit Mengenang. Bolehkah?

Entah kenapa tiba-tiba saya ingin sekali menuliskan tentang 2 tahun 1 bulan yang pernah saya lewati bersamanya. Mungkin karena tadi sore kita sedikit berbincang dengan nada bicara yang lembut, namun menyentuh hati, hingga tak kuasa menitikan air mata. Juga sebagai rasa terimakasih saya untuk kamu, yang pernah menemani saya selama 2 tahun 1 bulan.


Ingatkah akan omegle, yahoo! Massanger, dan juga twitter? Itu semua perantar akan perkenalan kita. Saat saya sedang jatuh karena di tinggal menikah. Pelampiasan? Mungkin, tapi lambat laun saya jatuh, namun saya tau persis, ini jatuh cinta. Saya jatuh cinta meskipun kita tidak pernah berjumpa sebelumnya.
Ingatkah? Pertemuan pertama kita di stasiun Cirebon setelah menjalani hubungan menginjak bulan ke enam. Salah tingkah, senang, bahagia akhirnya penantian selama 6 bulan terbayar.
Setelah pertemuan pertama itu, kita menjadi sering berjumpa. Entah itu 2 bulan sekali, Atau 1 bulan sekali. Senang? Jelas.
Kenangan di Cirebon seputar stasiun, mie koclok, empal amarta, ahh banyak tak bisa saya sebutkan satu persatu. Tentang saya yang pernah meninggalkanmu di Cirebon seorang diri, pun juga denganmu yang pernah membiarkan saya naik busway sendiri. Tapi terimakasih, karena itu saya jadi bisa dan tau naik busway sendiri. :D

Terimakasih juga telah mengabulkan rengekan saya hanya untuk makan mie tektek di taman menteng, atau sekedar menemani saya membeli chatime di kelapa gading, dan juga terimakasih karena telah mengorbankan rasa lelahmu hanya untuk  menemani saya naik hysteria dan wahana ekstrim lainnya. Yaa meskipun kamu hanya berani naik bianglala. :D

Intinya saya amat berterimakasih atas 2 tahun 1 bulan, dan saya juga minta maaf atas kekecewaan di 2 tahun 1 bulan. Untuk perkataan saya di akhir 2 tahun 1 bulan saya hanya bisa meminta maaf. Semoga kamu bisa memaafkan kesalahan saya.

Terimakasih banyak Mas, take care. Proposal pengajuan jodohmu belum di acc olehNya. Semoga ikhtiarmu bersama dengan yang lain di lancarkan. Begitupun sebaliknya dengan saya.









Yang pernah mengisi hatimu
Di 2 tahun 1 bulan



Bakpow

Minggu, 15 Februari 2015

Mesin Cuci Untuk Ibu

Ibu..
Makhluk ciptaan Tuhan yang amat kami sayang
Yang pernah memperjuangkan nyawa kami, 4 orang anak yang pernah berada dekat sekali dengan jantungmu, selama sembilan bulan pula ibu selalu membawa kami kemanapun ibu pergi, sungguh nyaman rasanya berada di dalam rahim mu.
Sedari kami kecil, ibu tidak pernah mempunyai asisten rumah tangga, ibu hanya mempunyai nanny untuk merawat kita dikala ibu sedang bekerja.
Ibu yang selalu membuatkan dan mengontrol apa yang kami makan.
Ibu selalu menyiapkan makanan untuk bapak. Bahkan segala pekerjaan rumah tangga ibu yang menangani, termasuk mencuci pakaian kami.
Dari dulu memang ibu sudah menggunakan mesin cuci, tetapi semenjak mesin cuci terakhir di rumah rusak sekitar 4 tahun yang lalu, ibu tidak di ijinkan bapak untuk membeli mesin cuci, dengan alasan jauh lebih bersih dicuci tangan.
Betapa tidak kami kasihan melihat ibu mencuci baju kami dengan menggunakan tangan, tentu bukan hal yang mudah, di tambah usia ibu yang semakin senja. Ibu menjadi lebih sering kelelahan. Lambat laun kami menyadari, kami bukan anak kecil lagi, kami harus bisa menjadi "mesin cuci" dikala rusak. Sekarang kamipun menyadari bapak dulu tidak memberikan ibu mesin cuci semata-mata hanya ingin anak-anaknya mencuci sendiri, tidak tergantung dengan ibu dan mesin cuci.
Ibu.
Maafkan kami, karna demi pakaian kami tetap bersih dan terlihat indah ibu menjadi kelelahan.
Ibu.
Ijinkan kami untuk menjadi "mesin cuci" mu, biarkan sekarang kami yang mencuci bajumu dan baju bapak.
Sudah terlalu senja ibu untuk mencuci baju kami.
Terimakasih ibu..


I LOVE YOU IBU

Sabtu, 14 Februari 2015

Embun Dikala Hujan

Hai kamu penikmat kopi
Apa kabarmu?
Bagaimana kondisi citycar mu yang selalu kamu sayang, bahkan mungkin jauh lebih kamu sayang daripada kekasihmu.
Kapan kita bisa berbincang dengan segelas kopi hitam, dan green tea latte kesukaan ku?
Bukan di coffea shop, melainkan di dalam mobil mu yang jauh dari keramaian.
Dikala musim kemarau, kamu selalu berdo'a kepada semesta agar segera diturunkan hujan. Konyol memang, tapi bagi kamu tidak. Kamu pernah berucap padaku bahwa kamu senang bisa berdua di dalam mobil, terlebih saat hujan turun. Kamu bisa melihat embun dikala hujan di kaca mobilmu, dan bisa menulis namamu pun dengan namaku.
Tapi tidakkah kamu tau? Disaat kita bergegas untuk pulang, tulisan yang selalu kamu buat di kaca mobil itu hilang dengan sendirinya. Selalu dan selalu kamu bilang "meskipun tulisan di mobil itu hilang, tapi tulisan itu tak akan hilang dihatiku" sampai kapan akan seperti itu? Tidak kah kau menyadari di antara kita ada tembok penghalang yang amat tinggi? Yang lebih konyol kamu pernah memintaku untuk menjadi kekasihmu. Bagaikan berharap hujan dikala kemarau. Sudahlah lupakan embun dikala hujan, karna hujan pasti akan terganti sesaat oleh kemarau.


Dari


Nama yang selalu terukir di kaca mobilmu
Dikala hujan

Kamis, 12 Februari 2015

Jarak Pandang Sepuluh Meter

Hai kamu.
Yang telah membuat senjaku diliputi kedinginan
Yang telah membuat nafsu makanku tertunda
Hanya untuk menulis surat ini untukmu. Iya untuk kamu

Terimakasih untuk hari ini
Ingat? Tadi kita bermain di kebun teh, tertawa riang di tengah hamparan teh hingga kita lupa bahwa ada tembok penghalang di antara kita.
Ditengah kegembiraan tiba-tiba saja turun kabut tebal di iringi dengan gerimis, sontak saja kita langsung mencari tempat berteduh. Jarak pandang kita hanya sepuluh meter. Tapi, di jarak pandang sepuluh meter itu aku bisa mengenal kamu lebih dekat, bahkan mungkin jauh lebih dekat. Banyak sekali pelajaran yang bisa di ambil dari perbincangan kita ini.
Ingat? Sebelumnya kita tak pernah sedekat ini, bahkan untuk sekedar say hallo saja, kita jarang sekali, ya karna di antara kita ada tembok penghalang.
Tapi terimakasih untuk jarak pandang sepuluh meter karna telah membuat kita dekat bahkan mengenal satu sama lain, meskipun kita tak mungkin untuk bersatu.

Selasa, 10 Februari 2015

Mamah

Assalamualaikum mah.

Mba nitipin surat di #30HariMenulisSuratCinta. Tiba-tiba mba ingat mamah, mamah ke dua mba, kakak dari ibu yang pernah mengandung mba, mamah yang selalu jadi tempat curahan hati mba saat mba, bahkan mungkin mba lebih dekat dengan mamah daripada ibu.
Mamah yang sehat ya, cepet sembuh, cepet gemuk lagi. Inget gak mah, dulu kita senenh banget wisata kuliner, apapun makanan yang baru pasti kita cicipin. Terkadang mamah juga suka mencoba memasaknya di rumah. Pokoknya masakan mamah enak, walah kadang selalu ober di dalam bumbu.
Mba juga sering belajar masak dari mamah, justru mba dapet ilmu masak dari mamah, bukan dari ibu. Kita juga sering jalan-jalan. Bahkan dari semenjak kecil, mamah selalu bawa mba jalan-jalan.
Mba kangen jalan sama mamah, kangen masakan mamah. Mamah cepet sembuh ya biar bisa masakin buat mba.
I love you mamah

Dari

Anak yang menurutmu bungsu

Minggu, 08 Februari 2015

Kacamata

Dear, kacamata

Terimakasih semenjak kecil telah membantuku melihat begitu indahnya dunia. Tanpamu aku hanyalah sesosok makhluk yang tak berdaya, yang tak bisa melihat dengan jelasnya dunia ini.
Berkatmu aku bisa melihat dengan jelasnya makhluk ciptaanMu yang amat indah ini.
Hadirmu amat berarti dihidupku, dan aku takan pernah bisa hidup tanpamu, kacamata.

Terimakasih Untuk Kalian

Untuk kalian para pecinta alam
Untuk kalian yang mempunyai hobi memotret
Untuk kalian yang senang mencari lokasi baru yang belum terjamak oleh banyak mata dan di aplikasikan dalam sebuah sentuhan photo
Kalian menamakan team kalian "KUKURUSUK"
perkenalan kita berawal dari projek di akhir tahun 2014.
Semenjak projek itu, saya menjadi sedikit mengenal apa itu kukurusuk.
hai kalian para kukurusuk mania, terimakasih telah mempublikasikan "GREEN CANYON MAJALENGKA" yang terletak di desa Sukadana Kec. Argapura Kab. Majalengka Jawa Barat.
Kalian ingat? Sewaktu saya tiba-tiba di ajak kukurusuk ke air terjun sawer, saya wanita satu-satunya yang ikut di team itu, tapi saya benar-benar di lindungi oleh kalian. Saya yang baru pertama kali kukurusuk amat manja di antara team, tapi dengan sabar kalian membantu saya hingga saya bisa sampai di tempat tujuan karena kalian.
Terimakasih banyak, kalian team kukurusuk telah mengajarkan saya artinya kebersamaan.


Sabtu, 07 Februari 2015

Siapa Mereka?

Siapa mereka?
Mereka yang mana?
Itu yang sering jalan sama kamu.
Ohh mereka teman dekatku, bisa dibilang juga sahabat.

Mencoba mengingat memori sekitar 30bulan yang lalu. Semesta yang memperkenalkan kami 3 orang perempuan, dan 1 orang laki-laki. Mencoba menyatukan 4 isi kepala yang berbeda-beda.
Oh iya, perkenalkan mereka Halimah, Itan, dan Diky. 3 orang sahabatku. Berbicara tentang kenangan banyak sekali. Ingatkah kalian? Dulu, kita sering sekali makan mie ayam di bima, mengobrol di kosku, makan siang di nasi rempong, atau hanya sekedar cuci mata di mall? Dan banyak sekali kenangan.
Terimakasih, kalian telah membuat 30bulan terakhir ini menjadi lebih berwarna.

Jumat, 06 Februari 2015

Sepucuk surat untuk bapak

Assalamualaikum, pak

Anak cikalmu ini hanya berani untuk menitipkan surat melalui tukang pos cinta di #30harimenulissuratcinta.
Bapak yang selama ini mba kenal, bukalah bapak yang sering sekali membuka mulutnya hanya untuk sekedar berbincang. Mba tau mungkin bapak lelah setelah seharian bekerja. Bapak juga galak, amat galak untuk berbuat yang aneh-aneh saja mba takut. Mba masih ingat, kala itu mba melakukan kesalahan dan bapak marah besar, tapi setelah bapak memarahi mba habis-habisan mba tidak membenci bapak pun juga dengan bapak seperti biasa lagi. Bapak juga mendidik anak-anaknya dengan cara yang masih kolot, berontak memang awalnya. Tapi, setelah mba sering meninggalkan rumah mba sadar cara bapak yang mendidik anaknya tidak sia-sia meskipun dengan cara yang kolot. Coba saja kalau mba sedari kecil dibebaskan mungkin sekarang mba sudah menjadi anak nakal, bahkan mungkin pemabuk. Mba juga penurut kan pak? Karena mba tau bapak orangnya galak, dan juga mba sering berfikir bapak itu tua, yang pernah mengalami masa muda jadi otomatis bapak pernah ngalamin seusia mba, tapi mba belum jadi tua. Begitulah intinya.
meskipun bapak galak, kami tidak pernah merasa kurang kasih sayang. Apa yang bapak berikan untuk kami àdalah yang terbaik.
Bapak, terimakasih sudah menjadi bapak yang terbaik untuk 3 dari dan 1 dara. Maaf sekali karna kediaman bapak, jadi mba tidak pernah mengungkapkan rasa sayang mba melalui lisan. Bapak yang sehat ya, supaya bisa melihat satu persatu anaknya sukses, anaknya menjadi 'orang' agar kelak bapak tidak usah bekerja untuk kami, tapi kami yang akan bekerja untuk bapak, juga mengantarkan kami menuju pelaminan, tak lupa semoga bapak masih bisa menimang kelak yang akan menjadi cucu bapak.

Dari

Mba, anak cikalmu

Kamis, 05 Februari 2015

Maaf, Atas Nama Waktu

Hai mas..

Sungguh klise sapaan ini. Ahh tidak apa kan? Daripada tak mengucapka sapaan sama sekali.
Kamu marah hari ini? Hanya karna waktuku. Itu saja, kan?
Yaa bagiku "hanya" tapi tidak untukmu.
Aku mengerti. Dulu, aku punya waktu lebih hanya untuk sekedar berbincang melalui ponsel. Tapi sekarang? Aku selalu berangkat pagi, pulang sore. Sehingga kamu sering marah dan kesal padaku.
Tidak kah kamu tau, aku berangkat pagi untuk menimba ilmu. Bukan untuk bermain. Aku tidak pernah mau menyalahkan waktu.
Maafkan aku.
Belum bisa memberikan waktu yang banyak. Kesibukanku? Ahh bukan salah kesibukan juga.
kamu pernah bilang " waktu yang temen ku kasih, jauh lebih banyak daripada waktu yang kamu kasih untuk ku" ingat? Baru tadi kamu bicara seperti itu. Rasanya? Ahh sudahlah. Seperti perahu kertas yang di lepas ke samudra hindia.
Sederhanakanlah, mas. Ini hanya masalah waktu.
Maaf. Ahh mungkin kata maaf ini tak akan pernah bisa kamu terima lagi. Benarkan?


Maaf, atas nama waktu

Selasa, 03 Februari 2015

Untuk Koko Klimis

Hallo Koko..

Ahh maafkan untuk sebutannya, perihal aku tak pernah bertanya nama koko siapa saat pertemuan pertama kita di bandara Samsyudin Noor.

Banjarmasin, Agustus 2014

Masih ingatkah sebelum boarding pass, koko sendiri di tengah keramaian orang dengan hanya memainkan hp pintar koko duduk seorang diri. Aku yang pada saat itu duduk tepat di depan kursi yang koko tempati.
Tak ada harapan untuk bisa berbincang saat itu, karena yang ada di fikiranku hanyalah bagaimana cuaca hari ini. Ahh bodoh sekali memikirkan hal seperti itu. Tiba-tiba saja lamunanku terpecahkan oleh suara asing yang menyapaku "ci mau terbang kemana?" Untuk menyakinkan aku melihat sekitar, tidak ada wanita di dekatkubsaat itu. Dia meyakinkan ku lagi "cici berkacamata, mau terbang kemana?" Ohh ternyata memang benar dia menyapaku. Setelah sedikit berbincang-bincang ternyata koko akan terbang ke Bali. Banyak sekali perbincangan kita pada saat itu.
Oh iya, aku ingat saat itu koko mengenakan baju kaos warna biru, jam tangan dari Rolex, tak lupa sepatu dari Dr. Martens dengan gayanya yang klimis. aku juga masih ingat, kalau koko pernah bilang penyuka jam tangan high class, sama seperti wanita yang mencitai tas branded.
Tak terasa ya, obrolan kita pada saat itu terpotong oleh waktu. Yaa koko harus boarding pass, sementara aku harus menunggu 30menit lagi untuk boarding ke Bandung. Entah kapan lagi kita akan berbincang lagi. Semoga Semesta menghendaki pertemuan kita lagi ya ko.

Untuk Tuan, Yang Membenci Pertemuan

Hai tuan..
Iya tuan berkacamata, berkulit sawo matang sedikit gelap yang sedang memandangku sinis kala itu.
Aku menitipkan surat ini melalui tukang pos di #30HariMenulisSuratCinta

Tidakkah kau ingat saat pertemuan pertama kita. Apa? Kau tak ingat tuan? Perlukah aku untuk mengingatkan tuan akan pertemuan pertama kita?

Aku masih ingat akan pertemuan pertama, di stasiun Cirebon, 2 tahun lalu. Dengan mengenakan kaos warna merah dengan bawahan celana jeans bersepatu converse kebanggan tuan taklupa menggendong ransel yang entah berisi apa.
Ingatkah tuan, kala pertemuan pertama tuan memandangku sinis tanpa bicara babibu tak seperti kebanyakan orang yang membuka pertemuannya dengan senyuman. Entah apa yang sedang tuan fikirkan saat itu sehingga memandangku saja sinis.
Oh ternyata setelah mengenal jauh sosok tuan seperti apa, tuan ternyata amat benci akan pertemuan. Menurut tuan pertemuan hanya akan melahirkan perpisahan. Terlebih saat perpisahan datang menghampiri kita, Saat kita harus berpisah karena jarak.Memang benar, tapi tidakkah kau sedikit berfikir bahwa pertemuan itu indah, bukan untuk di benci. Entah telah berapa kali dari pertemuan pertama kita bertemu lagi, dan tuan masih sama, masih membenci pertemuan.

Terimakasih atas rezekyMu hari ini

Ahh mungkin terlalu basa basi untuk mengucapkan sebuah sapaan di hari selasa ini.
Surat ke-2 di #30HariMenulisSuratCInta ini khusus dibuat untuk ucapan rasa terimakasih padaMu yang telah menitipkan rezeky melalui tangan-tangan hambaMu.

Yaa.. betapa malangnya pagi itu, seorang mahasiswi yang berangkat di pagi buta untuk menimba ilmu dengan berbekal uang receh yang pas hanya untuk membayar angkutan umum. Mungkin semesta iba melihat mahasiswi malang itu di hari selasa ini, hingga Semesta pagi itu menitipkan rezeky berupa selembar uang limapuluh ribu melalui tangan kerabat dekat si mahasiswa itu. Ahh betapa senang dan bersyukurnya pagi itu. Setidaknya dia bisa menabung untuk bekal di hari rabu, dan bisa makan di hari ini.
Tak henti sampai disitu, Semesta juga menitipkan rezekyNya lagi melalui tangan temannya. Betapa tidak, mahasiswi itu bisa makan siang di sebuah restaurant Italy yang di bayari temannya. Uang yang harusnya untuk makan siang, bisa di tabung untuk esok agar tetap bisa makan.
Saat jam kuliah telah usai, mahasiswi itu pulang dengan hati yang riang gembira, karna telah diberi rezeky yang amat banyak di hari ini.
Tapi, Semesta tak cukup sampai disitu, masih menitipkan rezekyNya pada tangan teman ibu si mahasiswi itu. Karna sewaktu sedang duduk di angkutan umum, tiba-tiba teman ibu itu membayari ongkos untuk pulang. Betapa amat bersyukurnya dia akan rezekyMu yang dititipkan kepada tangan hamba-hambaMu itu.
Semoga apa yang telah tangan itu berikan mendapat balasan yang amat lebih banyak lagi, karena telah membuatnya bahagia.
Dan rasa syukur padaMu amat terpanjat atas rezekyMu hari ini.
Terimakasih Semesta :)

Dari
hambaMu yang amat berbahagia hari ini

Minggu, 01 Februari 2015

Mantan...

Dear mantan..


Terimakasih untuk cinta yang pernah ada.
Terimakasih untuk kasih sayang yang pernah kau berikan.
Terimakasih untuk segala pengorbanan yang telah engkau berikan.
Terimakasih untuk waktumu, karena 3 tahun itu bukanlah waktu yang singkat.
Dan terimakasih untuk rasa sakit yang pernah engkau taburkan.

Begitu banyak rasa terimakasihku padamu
Yaa memang kau orang yang paling spesial.

TAPI ITU DULU

Dulu sebelum kau mengkhianati cinta yang pernah aku berikan.
Dulu sebelum kau mengkhianati janji yang kau buat sendiri.
Dulu sebelum rasa sayang ini hilang.

3 tahun waktu yang kita lalui bersama dengan tertatih-tatih penuh banyak sekali cobaan terhapuskan hanya karna orang ketiga.
Sakit? IYA
kecewa? PASTI

Meskipun telah membuatku jatuh, tapi tak lupa untuk berterimakasih karna kau telah membuatku jauh lebih kuat menerima hidup. 
Terutama menerima bahwa kau mampu hidup bahagia bersama istri dan anakmu.

Aku pernah mencintaimu, dulu sebelum kau menikah, dan sebelum aku mendapatkan pria yang jauh lebih sederhana darimu.